Sunday 2 October 2011

berikan waktu kepada waktu.



waktu membutuhkan waktu. pun ketika kamu ingin menyembuhkan sesuatu, cukup berikan waktu kepada waktu. izinkan saya berkisah sedikit tentang sebuah cerita yang saya anggap mungkin pilu, namun semoga masih bisa dijadikan satu pegangan untukmu.

---
saya sedang berada di kampung halaman pada suatu malam di acara perkawinan seorang sepupu ketika saya tidak bisa menghubungi si pacar selama seharian penuh. harusnya saya sudah menyadari bahwa semesta sedang memberikan isyaratnya saat itu, ketika semalaman si pacar memaksa untuk terus berbicara, meskipun sudah berkali-kali saya katakan kepadanya bahwa beberapa pramugari cantik yang terus-menerus memperingati untuk segera mematikan ponsel karena pesawat yang akan membawa saya pulang ke manado harus segera lepas landas. harusnya saya sudah menyadari bahwa semesta sedang memberikan isyaratnya saat itu, ketika si pacar tidak juga berhenti berceloteh dan memaksa untuk terus berbicara ketika akhirnya saya landing dan dia berhasil menghubungi saya lagi. dia terus berusaha berbicara sampai akhirnya saya kelelahan dan tertidur ketika dia sedang sibuk bercerita sesuatu yang bukan cerita. sesuatu hal yang sangat jarang dia lakukan. harusnya saya sudah menyadari bahwa semesta sedang memberikan isyaratnya, bahwa saat itu dia sedang memberikan isyaratnya kepada saya. 

saya gelisah, saya mulai merasa marah. tidak ada satupun teleponnya yang aktif, entah sudah berapa ratus ping dan ribuan karakter tulisan telah saya kirimkan tanpa pernah ada laporan pengiriman -pun sampai sekarang. entah bagaimana mulanya, akhirnya keesokan hari saya putuskan untuk menelepon toko keluarganya, sesuatu hal yang jarang sekali saya lakukan jika bukan karena terpaksa. belum juga mendengar nada panggil, tau-tau mata saya sudah duluan basah. suara saya bergetar ketika akhirnya saya berhasil berbicara dengan salah seorang pegawai bernama teguh yang dengan tenang berkata bahwa saat itu pacar saya sedang berada di pesawat dalam perjalanan pulang ke negara asalnya bersama seluruh keluarga dan tidak tau kapan kembalinya. saya masih belum begitu mengerti maksud mas teguh, sampai akhirnya tenggorokan saya tercekat tidak bisa bersuara. otak saya mulai berputar, dada tetiba saja sesak rasanya. saat itu, seakan saya sudah menyadari bahwa semesta sedang memberikan isyaratnya kepada saya.

tanpa perlu basa-basi, saya sadar bahwa ada sesuatu yang salah. dia pergi tanpa meninggalkan pesan apapun kepada saya. sama sekali. saya semakin sadar bahwa ini pasti ada sebabnya dengan hubungan yang kami sudah bina dengan macam-macam rasa selama berbulan-bulan lamanya dan tidak diketahui keluarga. karena tau ada yang tidak beres, dengan susah payah saya memutuskan untuk mencari tiket kembali ke jakarta. berdalih ada ujian di hari berikutnya, saya akhirnya mendapatkan restu dari keluarga besar di manado dan tiba di jakarta waktu subuh di hari selasa.

terkadang kita memang membutuhkan sebuah pegangan untuk bertahan melewati tanjakan dan turunan, kelokan dan putaran, goyangan dan guncangan sebuah kehidupan. saya benar-benar merasa hancur ketika alih-alih bertemu muka, saya malah mendapati sebuah pesan yang sungguh menyakitkan di kotak masuk pada akun di sebuah situs jejaring sosial. sebuah pesan berisi permintaan maaf atas ketidakberaniannya bertukar airmata dan berpamitan secara langsung dengan saya. pacar saya, orang kesayangan saya selama hampir dua tahun belakangan, orang yang selalu saya impikan untuk bersama membangun sebuah keluarga di masa depan, orang yang jauh terpisah ribuan kilometer jaraknya saat itu dengan halus dan perlahan meminta restu saya untuknya yang akan segera melangsungkan pernikahan. bukan dengan saya melainkan sepupunya sendiri yang bahkan belum pernah mereka bertemu muka sekalipun, demi tuhan. dan kau tau apa? saat itu tidak ada sepatah kata putus kecuali 'aku sedang masih dan akan selalu mencintaimu' terucap darinya! 

bisa kamu bayangkan bagaimana perasaan saya saat itu, bukan? meskipun saya tau kamu tidak akan terlalu mengerti. saya benar-benar hancur sendirian saat itu. tidak berlebihan, tetapi dunia terasa benar-benar tidak ada lagi kelanjutannya di hadapan saya saat itu. seandainya kamu tau lebih banyak tentang kisah-menjalin-cerita-cinta-kami yang itu, saya tau pasti bahwa kamu juga akan ikut sesegukan karena merasa sangat kasihan terhadap akhir dari cerita tersebut. saya menangis terus, saya lemas. sepanjang sisa hari selasa itu saya habiskan dibawah bantal di dalam kamar, mengutuki kejadian yang saya harapkan hanyalah mimpi di siang bolong sampai saya akhirnya tertidur dengan mata yang bengkak sekali.

kapan terakhirnya kamu merasa marah kepada Tuhan? seharusnya kita tidak boleh marah pada Tuhan, bukan? saat itu, saya benar-benar merasa marah kepadaNya. saya tidak selalu mengerti mengenai cara Tuhan bekerja, dan saya tau bahwa Dia selalu bekerja dengan cara-caraNya yang misterius yang bahkan orang jenius sekalipun tidak akan mengerti bagaimana caranya Dia bekerja, tetapi saat itu saya marah kepada caraNya bekerja. saya protes, saya merasa tidak diperlakukan dengan adil, saya marah sekali. 

saya membanting barang-barang. saya menyalahkan semua orang, saya menyumpahi. saya juga mulai menyalahkan Tuhan dan mengutukiNya habis-habisan. semakin tidak ada orang lain yang bisa lagi saya salahkan, semakin saya menimpakannya kepada Tuhan. saya merasa bahwa Tuhan adalah pihak nomer satu yang paling membuat kesal. saat itu saya yakin bahwa Tuhan sedang tertawa senang karena berhasil mempermainkan hidup saya yang sial. 

---
saya berhasil memaksa Ara, seorang sahabat yang sedang datang dan berusaha menghibur saya di hari berikutnya untuk mengantarkan saya mencari tiket dengan tujuan pulau dewata. entah apa yang ada di otak saya, tapi saya hanya ingin lari. ini adalah kebiasaan jelek yang selalu coba saya hilangkan namun tidak bisa, saya selalu lari menghindari masalah yang harusnya saya hadapi dengan menegakkan kepala. dengan mata yang masih bengkak sekali dan duit pas-pasan cenderung habis di dompet, saya akhirnya berhasil mendapatkan satu tiket pergi tanpa tiket untuk pulang kembali. duit di dompet sudah benar-benar habis bahkan untuk membeli tiket satunya lagi, saya menolak ketika Ara menawarkan diri meminjam sepuluh lembar rupiah berwarna merah untuk menebus tiket pulang yang tidak saya hiraukan. saya benar-benar hanya ingin pergi jauh, bahkan sesungguhnya saya tidak ada rencana untuk kembali lagi. kalau diingat-ingat, sesungguhnya, betapa konyol sebuah hal yang tadinya bukan apa-apa namun tiba-tiba menjadi inti dari kehidupan kita. hal-hal yang sebenarnya sangat kecil terasa begitu berat ketika terjadi masalah dan membuat hidupmu jadi sesat.

tidak ada persiapan, setengah hati dan dengan pakaian melekat di badan saya lalu berangkat menuju Bali. sendirian. tidak ada teman perjalanan, tempat tujuan, bahkan kepada ayah ibu saya juga belum sempat berpamitan. saat itu, saya benar-benar masih merajuk kepada Tuhan dan satu-satunya yang saya inginkan adalah hilang ingatan.

---
saya yakin, kita semua pernah berada di suatu fase kehidupan yang kita fikir sangatlah berat sampai-sampai kita sendiri tidak yakin akan bisa melaluinya. ini wajar, saya berani menjamin bahwa fase ini adalah wajar. menangis, marah, menyesal, tertawa, tentunya reaksi setiap orang atas fase ini berbeda-beda satu dengan lainnya. jika memang harus menangis, menangislah bersama seseorang. ini jauh lebih menyembuhkan daripada kamu menangis sendirian.

saat itu, saya melewati hari-hari yang tadinya saya fikir akan sangat menyedihkan namun ternyata terlalu menyenangkan di Bali. hari demi hari, tadinya saya yang hanya ingin mengurung diri menangisi nasib di sebuah kamar hotel, mulai membuka diri. saya keluar. saya berkenalan dan bertemu orang-orang baru, saya berteman, saya mulai tertawa dan sedikit demi sedikit saya bisa berpura-pura melupakan kejadian super sedih yang baru saja saya lewati. berbekal duit yang akhirnya dikirimkan ibu yang tidak tega walaupun tidak tau apa yang terjadi sebenarnya, saya bahkan seperti sengaja membiarkan diri saya tersesat. saya ingat, waktu itu saya sudah bertekad. saya mau ngambek sama Tuhan. saya sengaja, saya sama sekali tidak pernah membasuh muka dan bersujud barang sekali dan menghadap Dia. dengan cara yang saya anggap akan melukaiNya, saya protes. malam-malam di pulau menyenangkan itu saya habiskan dengan mabok-mabok sampai tepar di club-club lokal dan sesekali flirting dengan para turis-turis tampan. saya benar-benar tersesat, saya sengaja lupa sholat. setiap orang yang baru saya kenal selalu bertanya apa yang sedang saya lakukan di pulau itu sendirian, dan saya jawab dengan anggukan kepala dan tertawa. saya tenggelam dalam kesenangan semu yang membuat masalah terlupakan dengan sendirinya sementara waktu.

sampai suatu malam, saya terbangun pukul tiga dini hari dan menangis lagi. saya tau sekali bahwa saya hanya berpura-pura lupa, namun saya tidak benar-benar lupa. saya sedang terbayang wajah pacar yang sangat saya sayang duduk di pelaminan bersama seorang perempuan, dan saya menangis keras sekali. dada saya sampai sakit sekali. saya tidak bisa bernafas. namun tiba-tiba, di tengah kemarahan yang luar biasa serta sedih yang sedang bergelora, saya merasakan sesuatu yang aneh menyelimuti hati saya.
damai.
tenang.
tiba-tiba saya merasakan suatu kehangatan di dalam dada, seakan-akan Tuhan sedang tersenyum dan berkata, "Aku tidak pernah menguji kamu lebih dari yang bisa kamu pikul. jika itu bisa membuatmu merasa lebih baik, marahlah. Aku bisa terima kok."
saya terdiam. saya merasakan sebuah sengatan di hati. rasanya seperti sebuah panah baru menembus hati, panah yang ditembakkan langsung dari busur Tuhan ke inti kalbu.

entah bagaimana caranya, tau-tau saya sadar, cara saya memprotes cara kerjaNya tidak akan memberikan pengaruh apapun untukNya, apalagi rasa terhina. Tuhan tidak memerlukan persembahan apapun dari saya, melainkan saya sendiri yang butuh itu. Tuhan tidak peduli bagaimana saya menyalahkanNya atas setiap kejadian buruk yang menimpa saya dan membuat saya sangat tersesat juga meninggalkan jejak yang sangat berantakan. saya yakin Tuhan juga tidak peduli jika saya akhirnya bertobat dan meminta maaf. Tuhan tidak butuh permintaan maaf, karena Tuhan mencintai saya. Tuhan mencintai saya bukan karena siapa saya, apa yang sudah saya perbuat untuk menyenangkanNya, melainkan karena begitulah Tuhan Adanya. saya menyalahkan Dia dan merusak hidup saya sendiri karena sebuah permasalahan yang bahkan mungkin tidak ada apa-apanya. seketika saya merasa malu sekali kepadaNya.

---
betapa bagus atau buruknya hidup kamu, itu akan berubah. percayalah, saat ini saya saat sedang membaca ulang seluruh tulisan ini dan tertawa pada diri sendiri atas kejadian beberapa bulan lalu itu. jika saat ini kamu sedang berada dalam suatu masalah yang kamu anggap sangat berat luar-biasa, jangan khawatir. hidup ini adalah masalahnya masalah. anggap saja kamu sedang mengikuti arum jeram di sebuah sungai kehidupan. jika kamu terlontar dari rakit yang membawamu menuju pintu keluar, jangan mencoba berdiri. jangan mencoba berpegangan pada batu. jangan mencoba melawan sungai; kamu tidak akan menang. jika kamu terjatuh, rileks. biarkan sungai menghanyutkan kamu. mungkin beberapa kali kamu akan tersandung di bebatuan yang besar, atau air yang terjal, namun pada akhirnya sungai akan membawamu menuju air yang tenang. terkadang, membuat dirimu tenggelam di dalamnya bukan larangan. kamu tidak akan pernah tau apa yang akan kamu temukan di bawah bebatuan besar tersebut, bukan? :)

berlalunya waktu nyaris menyembuhkan segala sesuatu, cukup berikan waktu kepada waktu. saat ini, saya memang belum sepenuhnya sembuh dari kesakit-hatian saya terhadap cerita masa lalu. saya masih sedikit merasa trauma, meski beberapa kali saya mencoba membuka diri kepada orang lain lagi. saya sempat bertemu seorang pria lokal keturunan tionghoa yang saya temui waktu di bali bernama viktor yang ganteng sekali. belom sempat saling mengenal, saya sudah mundur duluan. empat bulan lalu saya juga sempat mencoba menjalin hubungan dengan pria berkewarganegaraan spanyol, yang akhirnya harus saya hentikan sebelum saya mulai karena saya sadar bukan cerita penuh kepura-puraan terhadap perasaan sendiri seperti ini yang saya mau.

namun tentu saja, kejadian ditinggal-kawin-sama-pacar-sendiri ini tentunya ada hikmahnya buat saya -tentu saja, nanti akan saya ceritakan lagi di lain waktu. yang ingin saya coba katakan melalui cerita ini adalah, maafkanlah setiap orang, dan segala sesuatu. kita perlu berdamai dengan masa lalu agar tidak mengacaukan masa kini dan menjalani kehidupan dengan tenang. setiap peristiwa yang kita lalu itu berharga; terlepas dari baik-buruknya kejadian tersebut. apapun kejadiannya, kita harus selalu bersyukur. jangan membandingkan masalah kamu dengan masalah orang lain, kamu tidak tau bagaimana perjalanan hidup mereka. well.. saya tidak yakin kamu mau bertukar posisi dengan saya saat itu, seberat apapun masalah yang sedang kamu hadapi. iyakaaaan? hehehe. satu hal yang harus selalu kita ingat adalah, apapun yang membuat kamu tidak mati hanya akan membuat kamu tumbuh dengan lebih kuat. well.. hidup ini memang tidak adil, tapi itu baik adanya. :)
salam!



nb: semua tokoh di cerita ini sudah mendapatkan persetujuan dari para fihak aslinya.

1 comment: